SEMESTER 1
Thursday, December 15, 2022
Monday, June 6, 2022
Sunday, January 16, 2022
Pemberdayaan UMKM Kopi Jolong untuk Naik Kelas melalui Digitalisasi Pengembangan Usaha Di Tengah Krisis Pandemi COVID-19
Pemberdayaan UMKM Kopi Jolong untuk Naik Kelas melalui Digitalisasi Pengembangan Usaha Di Tengah Krisis Pandemi COVID-19
Ahmad Nurul Romadhon1, Pratiwi Suci Maulidyah2
Universitas Negeri Semarang
E-mail: nurulromadhon08@students.unnes.ac.id
PENDAHULUAN
Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi terbesar di Jawa Tengah. Perkebunan tanaman kopi di Kabupaten Pati pada tahun 2017 memiliki luas panen sebesar 1.822,03 Ha dengan hasil produksi 1.187.342 ton yang mengalami peningkatan dari tahun 2016 dengan luas panen 1.240,46 Ha dan hasil produksi 905.802,70 ton (Dinas Pertanian Kabupaten Pati, 2018). Jolong yang berada di kawasan lereng Gunung Muria merupakan daerah penghasil kopi terbesar di Kabupaten Pati. Sektor komoditas kopi merupakan andalan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Jolong dan sekitarnya. Melimpahnya komoditas kopi telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan bubuk kopi. Hal ini yang membuat Kopi Jolong menjadi produk unggulan dari masyarakat Desa Jolong dan Kabupaten Pati pada umumnya. Produk Kopi Jolong ini banyak dimanfaatkan dan dikelola oleh pelaku UMKM di desa setempat.
UMKM merupakan pilar terpenting dalam mendukung peningkatan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Kemenko Perekonomian bahwa jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2020 sebesar 64,19 juta, di mana komposisi Usaha Mikro sangat dominan yakni 64,13 juta atau sekitar 99,92% dari keseluruhan sektor usaha. Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak buruk bagi semua kalangan, tidak terkecuali bagi pelaku UMKM. Sesuai rilis Katadata Insight Center (KIC), mayoritas UMKM (82,9%) merasakan dampak negatif dari pandemi ini dan hanya sebagian kecil (5,9%) yang mengalami pertumbuhan positif. Krisis pandemi covid-19 telah berdampak cukup besar terhadap perkembangan sektor perekonomian, hal ini juga turut dirasakan oleh pelaku UMKM Kopi Jolong di Kabupaten Pati.
Selain mengalami tekanan resesi ekonomi, pelaku UMKM Kopi Jolong juga masih mengalami beberapa permasalahan dalam melakukan pengelolaan kebun kopi masih dilakukan oleh pihak ketiga. Tidak hanya itu sistem pengelolaan belum memenuhi kebutuhan pasar yang ada dan kesulitan dalam melakukan pemasaran secara luas di Indonesia bahkan bisa tembus ke pasar global. Hal ini dikarenakan peluang pasar kopi banyak dilirik oleh konsumen dalam jumlah yang sangat besar. Berdasarkan data dari International Coffee Organization konsumsi kopi di Indonesia juga terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Kenaikan rata-rata konsumsi kopi di Indonesia mencapai 3,4% pertahunnya. Meningkatnya konsumsi kopi dalam negeri berpeluang dalam upaya peningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM dan juga petani kopi tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya dan didukung dengan kemajuan teknologi, penulis menawarkan sebuah solusi dengan ide inovatif melalui konsep Pemberdayaan UMKM Kopi Jolong untuk Naik Kelas Melalui Digitalisasi Pengembangan Usaha di Tengah Krisis Pandemi Covid-19. Melalui digitalisasi usaha maka secara langsung juga turut serta dalam mewujudkan SDGs Indonesia pada point ke-8 dengan indikator target yaitu mencapai tingkat produktivitas ekonomi yang lebih tinggi, melalui diversifikasi, peningkatan dan inovasi teknologi, termasuk melalui fokus pada sektor yang memberi nilai tambah tinggi.
PEMBAHASAN
Seiring perkembangan revolusi industri 4.0 di Indonesia membuat para pelaku UMKM memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan sebuah usahanya. Apalagi ditengah krisis pandemi Covid-19 yang sedang terjadi secara bersamaan juga UMKM Indonesia sedang mengalami perubahan ke era digitalisasi pengembangan usaha. Menurut kamus Gartner mendefinisikan, bahwa digitalisasi adalah penggunaan teknologi digital untuk mengubah sebuah model bisnis dan menyediakan pendapatan baru dan peluang-peluang nilai yang menghasilkan sebuah proses perpindahan ke bisnis digital.
Gambar 1 Hubungan Konsep Digitalisasi, UMKM, dan SDGs 2030
(Sumber: Dokumen Pribadi Penulis, 2021)
Gambar 2 Konsep Program Digitalisasi Pengembangan Usaha Kopi Jolong
(Sumber: Dokumen Pribadi Penulis, 2021)
Konsep Gagasan Program Digitalisasi Pengembangan Usaha Kopi Jolong terdiri atas sebagai berikut:
1. Diversifikasi Produk Olahan Kopi
Diversifikasi usaha merupakan upaya atau langkah memperluas pasar dengan mengembangkan produk baru yang sesuai dengan pangsa pasar agar memiliki daya tarik dan keunggulan dalam bersaing. Pada pengembangan UMKM produk Kopi Jolong dapat dilakukan diversifikasi produk olahan kopi lainnya seperti parfum Kopi Jolong dan varian rasa minuman Kopi Jolong baru dalam botol kemasan sehingga tidak hanya bergantung terhadap bubuk kopi. Diversifikasi olahan Kopi Jolong ini bertujuan agar meningkatkan nilai tambah dari sebuah produk yang sudah ada.
Menurut Coviello dalam Femi & Diki (2018), digital marketing merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan internet, sehingga dapat menghubungkan komunikasi dua arah antara perusahaan dengan konsumen. Pelaku UMKM dapat menjalin mitra dengan pusat oleh-oleh daerah serta melakukan pemasaran melalui media sosial, seperti facebook, instagram, dan youtube untuk menarik perhatian konsumen secara luas. Selain itu, pemasaran juga dilakukan dengan menyediakan platform e-commerce pribadi milik UMKM dan menjalin mitra dagang dengan perusahaan e-commerce ternama di Indonesia guna memperluas pangsa pasar.
3. Entrepreneurship Management UMKM
Menurut Hermawan Kartajaya menjelaskan bahwa Entrepreneurship adalah suatu usaha untuk menciptakan nilai melalui pengamatan atas suatu kesempatan bisnis, dengan melakukan manajemen terhadap risiko yang mungkin timbul serta keterampilan untuk berkomunikasi serta memobilisasi sumber daya yang ada terutama sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan sesuatu yang menghasilkan. Dalam entrepreneurship management terdiri atas pelatihan terkait SOP berbagai olahan Kopi Jolong, melakukan pelatihan packaging atau pengemasan desain produk yang lebih modern dan ramah lingkugan, pembuatan logo produk beserta nama brand, mendaftarkan diversifikasi olahan Kopi Jolong ke HKI, PIRT, dan BPOM untuk mendapatkan sertifikasi, melakukan branding dan menjalin mitra dengan berbagai pihak serta melakukan pelatihan kepada pelaku UMKM terkait pengelolaan tata keuangan dan administrasi yang baik agar menunjang keberlanjutan usaha.
Gambar 3 Alur Strategi Implementasi Program Digitalisasi Pengembangan
Usaha Kopi Jolong melalui Stakeholder
(Sumber: Dokumen Pribadi Penulis, 2021)
Strategi Implementasi Program Digitalisasi Pengembangan Usaha Kopi Jolong Melalui Stakeholder terkait, antara lain:
1. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berperan sebagai pihak utama yang mensosialisasikan potensi komoditas kopi yang dimiliki oleh Indonesia. Sosialisasi ini juga mengangkat tingginya permintaan pasar terhadap produk kopi di Indonesia baik dalam maupun luar negeri agar diketahui oleh para pelaku UMKM kopi. Dalam hal ini, peran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengangkat citra produk olahan Kopi Jolong agar dapat dikenali oleh seluruh masyarakat Indonesia maupun global. Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berperan besar dalam mensosialisasikan dan menjadi mitra Kopi Jolong beserta pelaku usahanya.
2. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah berperan sebagai pihak yang bertugas mendata jumlah pelaku UMKM Kopi Jolong yang berada di wilayah Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Adanya data tersebut dapat menjadi pedoman dalam implementasi program ini secara nyata di lapangan.
Selain itu, peran pihak Pemerintah Daerah juga sebagai penghubung antara pelaku UMKM dengan pihak petani atau pemilik perkebunan kopi agar tercipta mitra pengembangan usaha.
3. Akademisi
Akademisi memiliki peran sebagai penggagas ide, melakukan riset analisis potensi produk dan pangsa pasar, serta perizinan branding produk terhadap lembaga yang berwenang seperti BPOM, HKI, dan PIRT. Sehingga implementasi ide dan konsep program dapat berjalan sesuai arah dan terencana.
4. Pelaku UMKM
Konsep program digitalisasi pengembangan usaha Kopi Jolong ini akan dimanfaatkan oleh pelaku UMKM setempat agar bisa naik kelas dan mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam berupa komoditas kopi secara optimal. Selain itu, perubahan digitalisasi dalam usaha kopi ini akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat secara berkelanjutan dan turut serta dalam mewujudkan SDGs Indonesia 2030 pada point ke-8 dengan indikator target yaitu tercapainya tingkat produktivitas ekonomi yang lebih tinggi, melalui diversifikasi, peningkatan dan inovasi teknologi, termasuk melalui fokus pada sektor yang memberi nilai tambah tinggi.
Langkah-langkah Implementasi Program Digitalisasi Pengembangan Usaha Kopi Jolong, antara lain:
a. Persiapan, tahap persiapan dilakukan untuk mempersiapkan semua aspek perlengkapan, kemudian survey ke lokasi sasaran sebagai pelaksanaan perancangan gagasan program yang akan disosialisasikan kepada para pelaku UMKM Kopi Jolong.
b. Pendekatan dan Sosialisasi Kepada Pelaku UMKM Lokal, pendekatan dan sosialisasi merupakan tahap pengenalan rancangan program digitalisasi pengembangan usaha Kopi Jolong.
c. Pelatihan Implementasi, pada tahap ini dilakukan pelatihan diversifikasi produk, digital marketing, dan entrepreneurship management pada pelaku UMKM Kopi Jolong.
d. Pelaksanaan dan Pengawasan, pada tahap ini dilaksanakan implementasi program digitalisasi pengembangan usaha Kopi Jolong. Dalam tahap ini juga telah menghasilkan olahan produk kopi berupa bubuk kopi khas Jolong, parfum Kopi Jolong, dan minuman kopi instant dalam botol kemasan. Kemudian pengawasan akan dilakukan beserta pemasaran produk berlangsung hingga diperoleh hasil penjualan berdasarkan tampilan grafik atau kurva keseluruhan dari UMKM.
e. Evaluasi, pada tahapan ini akan dilakukan evaluasi secara keseluruhan terhadap pencapaian haasil dari implementasi program yang dijalankan tersebut.
KESIMPULAN
Kopi Jolong merupakan komoditas unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Pati dan harus mendapatkan perhatian khusus agar berkembang. Krisis pandemi Covid-19 yang masih terjadi memberikan dampak kurang baik bagi sektor perekonomian UMKM kopi di Indonesia. Menurunnya jumlah pendapatan dan sulitnya pemasaran dinilai menjadi permasalahan banyak pelaku UMKM. Seiring berkembangnya revolusi industri 4.0 di Indonesia membuat para pelaku UMKM memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan sebuah usahanya. Ggagasan konsep program Pemberdayaan UMKM Kopi Jolong Melalui Digitalisasi Pengembangan Usaha di Tengah Krisis Pandemi Covid-19 dapat bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Selain itu, melalui digitalisasi maka UMKM Kopi Jolong bisa naik kelas menjadi lebih modern dan berdaya saing global. Melalui program ini maka secara langsung juga turut serta dalam mewujudkan SDGs Indonesia pada point ke-8 dengan inidkator target yaitu mencapai tingkat produktivitas ekonomi yang lebih tinggi, melalui diversifikasi, peningkatan dan inovasi teknologi, termasuk melalui fokus pada sektor yang memberi nilai tambah tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Idah, Yusyida Munsa & Muliasari Pinilih. (2019). Strategi Pengembangan Digitalisasi UMKM. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan IX”. Universitas Amikom Purwokerto. Hlm. 192-203.
Kementerian PPN/Bappenas. (2021). 8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. http://sdgsindonesia.or.id/. Diakses pada 18 Oktober 2021.
Muhammad Ahsan Ridhoi. (2021). https://katadata.co.id/muhammadridhoi/analisisdata/5fca6227da8b9/peluang-wanginya-industri-kopi-indonesia-usai-pandemi. Diakses pada 18 Oktober 2021.
Murfidyah, Almira., dkk. (2021). Dampak Pemanfaatan Digital Marketing Terhadap Brand Awareness Pada UMKM di Era Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pada Kopi Manting Kuning Bondowoso). Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE). Volume. 1(8). Hlm. 170-178.
Sari, Riski Anjar., dkk. (2019). Analisis Usaha Pengolahan Kopi Robusta di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Jurnal Mediagro. Volume. 15(2). Hlm. 97-111.
PENGEMBANGAN DESA WISATA-EDUKASI MANGO VILLAGE SEBAGAI IKON PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
PENGEMBANGAN DESA WISATA-EDUKASI MANGO VILLAGE
SEBAGAI IKON PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Rizky Abdilah Syachbani1, Muhammad Arief Ramadhan2
Universitas Negeri Semarang
E-mail: syachrizky24@students.unnes.ac.id
PENDAHULUAN
Setiap daerah memiliki produk atau sektor unggulan nya masing-masing. Produk unggulan daerah sangat berperan sangat penting dalam perekonomian daerah tersebut. Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah dalam menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumber daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestik dan /atau menembus pasar ekspor (Sudarsono, 2001). Produk Unggulan Daerah (PUD) adalah produk daerah yang memiliki ciri khas dan keunikan yang tidak dimiliki daerah lain serta berdaya saing handal dan dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada masyarakat lokal (Ahmadjayadi, 2001).
Menurut Kuncoro (2012), pembangunan ekonomi menekankan pada penciptaan oleh masyarakat terkait dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja pembangunan ekonomi, seperti kenaikan kesempatan kerja, penurunan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Kinerja pemban gunan ekonomi tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila diarahkan kepada sektor-sektor yang memang memiliki keunggulan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tarigan (2014), dimana pemerintah daerah harus mampu mengidentifikasi sektor yang memiliki keunggulan di wilayahnya, sektor yang memiliki keunggulan memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi sektor unggulan daerah khususnya sektor yang dapat menciptakan nilai tambah, meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan.
Dengan mengoptimalkan sektor atau produk unggulan, maka akan bermanfaat pada pengoptimalan sumber daya yang ada baik sumber daya manusia ataupun sumber daya alam. Hal ini kemudian akan berdampak positif pada peningkatan pembangunan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut.
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah utara dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Secara geografis, Kabupaten Indramayu berada pada 107"51'-108"36' BT dan 6"15' - 6"40' LS. Topografi wilayahnya didominasi oleh dataran rendah hingga pesisir. Secara administratif, sebelah utara dan timur berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Sumedang, kemudian sebelah Barat berbatasan dengan Kaupaten Sumedang. Luas wilayah Kabupaten Indramayu adalah 2.090,00 km2.
Kabupaten Indramayu terkenal akan julukannya sebagai Kota Mangga. Julukan ini memang relevan dengan kenyataam bahwa Kabupaten Indramayu memiliki produktivitas buah manga lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat. Berdasarkan data BPS tahun 2019, Indramayu menempati posisi pertama produksi buah manga di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 75.342,474 ton. Selain itu, mangga yang dihasilkan di Indramayu juga terkenal akan rasanya yang lebih enak diandingkan jenis mangga lain.
Namun, dari sekian banyak mangga yang dihasilkan masyarakat, hanya sekitar 20% yang dapat dijadikan produk makanan olahan secara modern. Oleh karena itu, dengan adanya desa wisata ini diharapkan dapat menumbuhkan inisiatif warga setempat dalam mengembangkan inovasi dalam mengolah buah mangga menjadi produk kemasan modern sekaligus memasarkannya. Jika mangga ini dilakukan pengelolaan secara modern dan dipadukan dengan pengolahan menjadi makanan kemasan untuk pasar nasional dan internasional, komoditi ini akan menjadi nilai tambah dan penghasilan utama bagi masyarakat dan pemerintah daerah.
ISI/PEMBAHASAN
Sektor pangan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Indramayu. Hasil produksi utamanya antara lain adalah padi, mangga, serta perikanan. Seperti yang diketahui bersama bahwa mangga adalah ikon atau ciri khas dari Kabupaten Indramayu. Setidaknya, ada 7 jenis mangga yang di produksi di Indramyu, antara lain adalah mangga cengkir, arumanis, gedong gincu, golek, madu, budiraja, dan lalijiwo. Pohon mangga yang tumbuh subur di Kabupaten Indramayu sangatlah banyak, bahkan di hampir tiap-tiap rumah penduduk dapat ditemui. Tercatat pada BPS bahwa jumlah pohon mangga di Indramayu tahun 2019 yaitu sebanyak 518.134 pohon. Di daerah lain, buah mangga umumnya dipanen satu kali setahun, namun di Indramayu bisa panen hingga 3 kali setahun. Oleh karena nya, mangga dapat dijadikan sebagai produk unggulan daerah Indramayu yang kemudian dikembangkan menjadi desa wisata berbasis edukasi.
Desa wisata adalah desa yang dijadikan tempat wisata karena daya tarik yang dimilikinya. Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 2003). Desa juga identik dengan adanya ikatan tradisional khas Indonesia, ditandai ciri kehidupan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan erat dalam lingkungan kampung (Suryandari, 2007). Berdasarkan ketiga bentuk integrasi tersebut, desa wisata dibagi menjadi 3 elemen desa wisata, yaitu elemen dasar (primary elements), elemen sekunder (secondary elements), dan elemen tambahan (additional elements).
- Primary Elements,
Elemen-elemen dasar wisata budaya dibagi menjadi Activity Places dan Leisure Settings. Activity Places meliputi fasilitas budaya yang terdiri dari: museum, gallery, ruang pertunjukan, ruang workshop, dan showroom. Leisure Settings meliputi tatanan fisik berupa historical street pattern, bangunan yang memiliki daya tarik tertentu, monumen, dan taman/green area; fitur-fitur sosial-budaya yang terdiri dari tingkat livabilitas dari kawasan terkait, bahasa, nilai-nilai lokal, hubungan antar warga.
2. Secondary Elements
Elemen-elemen sekunder dari wisata budaya meliputi fasilitas-fasilitas pendukung kehidupan warga dan wisatawan seperti pasar, toko/kios lokal, jasa penyedia fasilitas makan, dan akomodasi penginapan.
3. Additional Elements
Elemen-elemen tambahan merupakan fasilitas pendukung yang bersifat tersier pada kawasan budaya yang terdiri dari fasilitas aksesbilitas, sarana transportasi dan parkir, dan pusat informasi untuk para wisatawan.
Untuk lokasi pembangungan desa wisata “Mango Village” terletak di Desa Jatisura, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Hal ini didasari dari data BPS tahun 2020 yang mengatakan bahwa Kecamatan Cikedung memiliki total produksi mangga terbesar se Kabupaten Indramayu dengan total 182,860 ton. Jumlah tersebut meningkat sangat pesat dari tahun 2019 yang berjumlah 96,071 ton yang mana sebagian besar perkebunan mangga tersebut terletak di Desa Jatisura. Oleh karena itu, Desa Jatisura di Kecamatan Cikedung sangat cocok untuk dijadikan sebagai pusat dari produksi mangga karena ketersediaan bahan bakunya yang melimpah dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Desa wisata edukasi Mango Village yang akan dikembangkan di Indramayu diharapkan mampu menarik wisatawan untuk berkunjung. Di dalamnya akan berisi berbagai macam tempat yang menarik dan tentunya mengedukasi wisatawan. Seperti adanya lokasi foto, perkebunan mangga, caffe, showroom pameran terkait mangga, umkm penduduk berupa olahan mangga, hingga kerajinan tangan yang dapat dijadikan oleh-oleh khas Indramayu.
Selain itu, aka nada juga kegiatan penduduk terkait edukasi mengenai mangga meliputi penanaman mangga, jenis-jenis mangga, hingga proses pengolahan mangga menjadi berbagai macam makanan yang memiliki nilai jual. Beberapa makanan olahan unik dan menarik khas Indramayu yang berbahan dasar mangga antara lain adalah sebagai berikut:
- Masayu (Mango Nastart Indramayu)
Jika biasanya nastar terkenal dengan nanas, Masayu menggunakan buah mangga sebagai bahan dasarnya. Agar lebih mirip dengan ciri khas Indramayu sebagai kota mangga, Masayu dibentuk menyerupai buah mangga. Selai mangga yang digunakan sebagai isian bisa bermacam-macam.
2. Kemayu (Kerupuk Mangga Indramayu)
Kemayu diolah dengan bahan dasar jus mangga yang dikentalkan, sehingga memiliki aroma berbeda dari kerupuk lainnya, yaitu aroma mangga. Proses pengeringan adonan kerupuk menggunakan cara tradisional dengan dijemur di bawah matahari. Adonan akan kering selama dua hari jika cuaca cerah, jika cuaca kurang bagus adonan bisa kering hingga sekitar empat sampai lima hari. Walaupun beraroma mangga, kemayu memiliki varian rasa seperti balado, pedas dan manis.
3. Kopi Bima Ayu
Bahan dasarnya adalah dari biji mangga dan dibuat dengan cara tradisional yang tidak dicampur dengan bahan kimia sehingga aromanya khas. Selain itu, kopi ini tidak mengadung kafein sehingga aman bagi penderita maag. Biji buah manga memiliki kandungan yang banyak manfaatnya. Biji mangga mengandung minyak, serat, protein kasar, dan karbohidrat. Persentase kandungannya adalah 10% lemak, 70% karbohidrat, dan 6% protein. Bahkan tepung biji mangga dapat digunakan sebagai obat cacingan, diare, asma, serta melancarkan menstruasi.
4. Bromayu (Brownies Indramayu)
Bromayu merupakan inovasi brownies yang memadukan kue coklat dengan tambahan buah mangga. Buah mangga yang biasanya di pakai adalah gedong gincu karena memiliki rasa yang manis. Proses pematangan bromayu yaitu dengan dipanggang. Kue ini akan memiliki tekstur agak kering diluar namun lembut di dalam karena ada campuran jus mangga dalam adonan yang membuat wanginya sangat khas.
Dengan didirakannya desa wisata “Mango Village” diharapkan dapat menarik banyak wisatawan dari kabupaten sekitar yang berkunjung ke Kabupaten Indramayu. Selain difokuskan pada pengembangan desa wisata “Mango Village”, produk-produk olahan mangga yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Jatisura tersebut juga dapat didistribusikan ke luar Kabupaten Indramayu khususnya Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Desa Jatisura.
Setelah dilakukan analisis terkait pembangunan desa wisata “Mango Village”, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
- Kelebihan
Lokasi dari sumber bahan baku untuk produksi yang sangat dekat sehingga mempermudah dalam proses produksinya. Desa Jatisura terletak di Kecamatan Cikedung yang memiliki perkebunan mangga yang sangat luas dengan hasil perkebunannya tertinggi se-Kabupaten Indramayu. Selain dekat dengan sumber bahan baku, melimpahnya sumber daya manusia seperti para petani yang dapat mengelola perkebunan juga merupakan kelebihan dari desa wisata ini. Sudah banyak petani terampil di Desa Jatisura sehingga dengan didirikannya desa wisata “Mango Village” ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar khususnya para petani tersebut.
Kelebihan lainnya yaitu terkait ketersediaan modal yang cukup untuk membangun desa wisata ini. Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, tujuan disalurkannya dana desa adalah sebagai bentuk komitmen negara dalam melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis. Dengan adanya Dana Desa dapat dijadikan modal untuk mendirikan desa wisata “Mango Village” maka diharapkan Desa Jatisura dapat menjadi desa yang maju dan penduduknya dapat hidup dengan adil, makmur dan sejahtera. Disamping itu, desa wisata ini juga menyajikan pengalaman yang tidak akan diberikan di daerah lain karena menggunakan produk unggulan berupa mangga yang khas jika berkunjung di Kabupaten Indramayu, wisatawan yang ingin pengalaman berlibur ditempat yang sepi dan jauh dari kebisingan kendaraan, desa wisata “Mango Village” adalah solusinya selain itu masalah sampah dan kesemrawutan khas kota tidak akan tampak di desa wisata ini.
2. Kekurangan
Dalam Teori Weber, ia menyatakan bahwa lokasi setiap usaha tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Sayangnya desa wisata “Mango Village” memiliki beberapa kekurangan, hal ini bisa dikaitkan dengan teori Weber, yaitu terkait biaya transportasi atau biaya pengiriman produk ke luar daerahnya yang cukup mahal karena factor jaraknya yang sangat jauh.
Selain itu, kekurangan lain dari desa wisata ini adalah terkait sarana dan prasarana dalam pengembangannya yang kurang memadai seperti ketidaktersediaan transportasi umum dan pusat oleh-oleh untuk memasarkan produk olahan mangga tersebut. Transportasi umum sangat sulit ditemukan karena desa inimerupakan destinasi yang masih berada di wilayah pedesaan, sehingga terkait akses menuju desa wisata ini masih relatif susah untuk diakses atau berada di daerah yang terpencil dengan akses jalan yang tidak selalu mulus.
Jarak dan aksesibilitas merupakan kendala dan tantangan utama bagi desa wisata “Mango Village” untuk menghemat biaya yang dikeluarkan dalam distribusi produk dan untuk menarik konsumennya. Namun, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya program Dana Desa yang tentunya ini menjadi angin segar bagi pengembangan desa wisata terutama dalam hal akses jalan ke area tersebut. Dalam pembangunan jalan di desa ini, perlu untuk menambahkan jalur transportasi bagi transportasi umum seperti contoh Bis Trans yang ada di Jakarta dan Semarang untuk dapat melewati desa tersebut sehingga wisatawan yang berasal dari luar wilayah bisa menggunakan akomodasi umum secara mudah dan terjangkau. Penentuan rute tersebut juga perlu dilakukan secara tepat agar semua proses produksi, distribusi, dan konsumsi dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan perekonomian desa menjadi lebih baik lagi.
Selain itu, upaya lain untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari desa wisata “Mango Village” dapat juga dilakukan dengan meningkatkan segala fasilitas yang ada dan membenahi semua fasilitas yang sudah tidak layak pakai dan dibuat yang baru sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut agar suatu saat mereka bisa berkunjung kembali ketempat tersebut seperti contoh bisa dengan mendirikan shopping center yang berguna menampung keterampilan dan kemahiran dari masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih percaya dengan kemampuan yang dimiliki dan untuk memfasilitasi wisatawan dalam membeli buah tangan dari desa wisata “Mango Village”.
Lalu, dalam upaya pengembangan desa wisata ini perlu juga dilakukan upaya promosi baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk menarik para konsumen dan investor. Pada jaman yang serba teknologi seperti saat ini diharapkan para pengelola nantinya dapat mempromosikan wisatanya melalui internet dengan cara membuat website yang isinya tentang kegiatan yang berada dikawasan tersebut sehingga bagi para wisatawan dapat mengaksesnya lebih cepat dan juga jika ingin masuk maka bisa memesan lewat website tersebut sehingga wisatawan tersebut dapat dengan cepat memesannya dan setelah sampai tinggal konfirmasi ke pengelolanya.
KESIMPULAN
Melimpahnya produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu sangat mungkin untuk dikembangan menjadi desa wisata. Desa wisata “Mango Village” ini diharapkan dapat membawa berbagai manfaat untuk meningkatkan perekonomian, terutama masyarakat sekitar lokasi. Seperti menciptakan lapangan kerja karena akan ada banyak wisatawan yang datang, maka akan banyak penduduk yang membuka usaha dalam rangka pengurangan angka pengangguran dan membuat masyarakat lebih produktif. Hal ini kemudian akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat yang terlibat. Namun, terdapat beberapa kekurangan dari desa wisata ini yaitu terkait jarak, aksesibilitas, dan kurangnya penyediaan sarana dan prasarana yang menjadi tantangan utama bagi desa wisata “Mango Village”. Namun, permasalahan tersebut dapat diatasi karena adanya program Dana Desa yang memungkinkan suatu desa untuk mengembangkan daerahnya sendiri secara lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Fajri Candra. (2018). Pembangunan Ekonomi Daerah. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Badan Pusat Statistik. (2020). “Kabupaten Indramayu Dalam Angka 2020.” https://indramayukab.bps.go.id/publication (Diakses pada 18 Oktober 2021)
Istoc, Elena Manuela. (2012). “Urban Cultural Tourism and Sustainable Development” International Journal For Responsible Tourism. Vol. 1 (1), hal. 41
Mangifera, Liana. (2017). “Strategi Pengembangan Industri Lurik Sebagai Produk Unggulan Daerah Klaten.” Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis. Hal. 224-235.
Novianti, Upik., dkk. (2018). “Potensi Pengembangan Desa Wisata Lawas Maspati Sebagai Destinasi Wisata Baru di Surabaya.” Jurnal Sains Terapan Pariwisata. Vol. 3 (2), hal. 218-231.
Pradigda, Angga Eyuda. (2016). “Strategi Perencanaan Pembangunan Industri Berbasis Produk Unggulan Daerah, Studi Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar.” Jurnal Paradigma. Vol. 5 (3), hal. 112-131.
Purbadi, Yohanes Djarot. (2019). “Konsep Kampung Wisata Sejahtera, Kreatif, Cerdas dan Lestari Berkelanjutan, Kasus Studi di Karangwaru Riverside Yogyakarta.” Indonesian Journal of Architecture. Vol. 1(1), hal. 13-25.
KUMPULAN SOAL SEMESTER GENAP
GEOGRAFI PENDUDUK PENGINDERAAN JAUH STATISTIKA KONSERVASI SOSIAL METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI KARTOGRAFI TEMATIK GEOGRAFI PARIWISATA GEOGR...
-
GEOGRAFI SOSIAL GEOGRAFI SOSIAL KARTOGRAFI TEMATIK PENGANTAR PERENCANAAN WILAYAH SUMBER DAYA ALAM ...
-
KARTOGRAFI DASAR GEOGRAFI SOSIAL PENGANTAR GEOGRAFI (1/2) PENGANTAR GEOGRAFI (2/2) GEOGRAFI PENDUDUK (1/2...